Selasa, 22 September 2009

sensasi belanja)

(catatan harian tgl. 22 September 2009)

Seorang ibu (ekhm..), kaget dan berkata, “Lho, kok nang pasar?” setelah beradu pandang denganku beberapa menit.

Hehe, emang aneh ya, seorang Eva Ariyani Muhadi a.k.a Ephol ada di pasar? Untuk konteks akhir-akhir ni, iya memang. Entah kapan terakhir aku merasakan sensasi berbelanja di pasar tradisional jalan Pramuka ini. Kalo tidak libur hari raya seperti sekarang, aku pasti memilih melakukan hal yang lain. Karena sepupuku yang biasanya mengambil alih pekerjaan khas wanita ini, lagi mudik.

Yah, karena lama tak mengubek-ubek pasar, sedikit kagok saat masuk. Bismillah.. dengan me’mercaya’kan diri, aku melangkah (btw, gimana ndak percaya diri… Kan udah mandi..). Ternyata, haplusdua lebaran masih membuat pasar ini lebih lengang dari biasanya. Lumayanlah, bisa sedikit membantuku mengurangi kekhawatiran tak bisa beradaptasi dengan lingkungan pasar.

Nah, tujuan pertamaku adalah bidak mbak Kah yang menjual sayur mayur dan tempe tahu. Wuih, seneng banget liat sayuran yang ijo-ijo, blewah yang kuning, tempe yang satu sisinya terbungkus (biasanya tempe bungkus daun pisang itu di dua ujungnya sama-sama terbuka, seperti habis dipotong. Kalo keadaan seperti ini, akan membuat tempe menjadi cepat kering di kedua ujungnya. Kalo satu ujungnya terbungkus kan lumayan, hanya satu sisi yang cepet mengering), dan baby corn alias kathek yang murah (tambah Lombok ijo ½ ons enak tuh dioseng-oseng!). Hampir 75% belanjaanku selesai disitu.

Mbak Kah emang jempolan. Pedagang yang dulu kutitipi jualan telorku ini sudah all out, meski pedagang lain belum buka. Seperti mbak Lis pedagang ayam langgananku yang tak terlihat dagangannya (untung belom ingin makan ayam-belom boleh tepatnya-). Baru saja kulewati bidaknya.. eh, ketemu ma seorang pemuda yang rapi jali seperti hendak ke kantor (jika celana pendeknya diganti celana panjang). Mas Aris, kakak kelas SMAku yang sekarang jadi abdi Negara di bagian keuangan, lantas menyapaku dengan kalimat, “Lho, suaminya mana, Va?” (haiyya… pertanyaan itu lagi!). “Tau deh kemana tu…Hehe, duluan mas!” ngacir kusetelah berbasa-basi dengannya yang ternyata lagi mengantar sang ibunda.

Hyak, keep focus! Sekarang berburu pesenan nyokap, ikan pindang! Dari ujung barat, belok ke selatan, menuju ke timur, belok ke utara, eh ternyata si ikan nasibnya sama kayak si ayam! Masih mudik di rumah sodara!

Selanjutnya aku mencari air kelapa, buat bekal bikin tempe n tahu bacem. Kulewati lagi beberapa bidak yang lengang hingga akhirnya tiba di penjual kelapa. Sedikit menunggu membuatku sadar, bahwa harga dagangan di pasar masih di atas. Sebutir kelapa yang dulu harganya sekitar 3000, sekarang jadi 5000! Fyuh, barokah lebaran buat para penjual.. Selesai mengantri di penjual kelapa, aku baru teringat, BAWANG PUTIH ½ kg! Karna dua tangan ni dah penuh, kuberjalan deh ke parkiran, untuk menaruh dulu hasil belanjaku. Sambil bersusah payah menggantung dua kresek penuh belanjaan, aku mendengar ibu-ibu yang menawar dhumbek (jajan khas Tuban yang bentuknya seperti terompet)..
“Ha? Telungewu? Biasane cumak rongewu ngono lo, pak..”

He'eh, satu bukti lagi bahwa momen lebaran berhasil menarik harga-harga ke atas dan menarik kolor agar manusia lebih berhemat (eh, bukannya ditarik karna perutnya mengecil setelah berpuasa sebulan?).

Bukti lagi jika lebaran dua hari lalu masih membuat beberapa barang dagangan enggan tampil ‘cantik’. Sambil berjalan ke penjual bawang, aku melanjutkan pencarianku pada tomat buah. Bokap pengen jus tomat. Tapiiii, kap, sepertinya pedagang tomat sepasar itu lagi kompakan menyimpan tomat-tomat segarnya! Maaf ya..

Ahh, puas berbelanja dengan sedikit menahan keinginan ‘menumpuk’ beberapa sayuran lagi, aku pulang dengan mengingat-ingat pertanyaan seorang ibu yang kukenal beberapa bulan belakangan itu. Sebenarnya, saya sering ke pasar kok, bu… Dulu tapi..

Jaman sekolah dulu, mulai dari kelas 6 SD aku sudah terbiasa berbelanja sendiri di pasar. Meski dulu masih rela ‘bersabar’ jika diserobot pembeli lain saat antri dilayani sang penjual, atau hanya mengandalkan catatan dari ibu yang mengakibatkan kebingungan luar biasa saat catatan itu hilang, atau juga hanya diam ketika diberi barang yang buruk. Dan hampir setiap hari Ahad ibuku membiasakanku untuk melakukan pekerjaan khas wanita ini. Perlahan tapi pasti kebiasaan pasrah itu hilang, namun masih meninggalkan rasa ‘ndak tega nawar’.

Seringnya aku ke pasar, bahkan dulu ibu sering nitip belanja sebelum aku berangkat sekolah (jadi aku masuk pasar pake seragam abu-abu!), membuat beberapa pedagang mengenalku. Akibat pengenalan itu, aku sering mempercayakan pilihan kualitas barang dagangan. Dan saat aku ke pasar bersama seorang teman karna tuntutan jadi sie konsumsi, jam 10 pagi (waktu yang unik untuk pergi ke pasar itu, dulu) aku ngublek pasar. Beberapa pedagang menyapaku, dan temanku keheranan kemudian melaporkannya ke teman2 lain.. “Mosok, wong sak pasar kenal Ephol kabeh!” Hehehe, ga segitunya deh..
Namun, masa ‘terkenal’di pasar itu terhenti dengan kesibukan studiku di luar kota yang menyebabkan kesempatan bisa ke pasar hanya saat libur saja. benar-benar terhenti karena kesibukan pekerjaanku, yang terkadang hari Ahadpun ndak jadi libur! Minim hanya menunggui sepupuku di luar. Padahal di dalam sana, setting tempatnya pasti sudah berubah, dan pedagangnyapun semakin banyak. Permainan harga apalagi! Semakin asing bagiku!

Dan hari ini, aku merasakan sensasi luar biasa saat berbelanja. Melihat jenis sayuran yang diluar rencana dari rumah, menyebabkan pikiranku me ‘loading’ ide hendak masak/dimasakkan apa. Dan keasyikan memilah-milah dagangan untuk mendapatkan yang terbaik. Belum lagi ketika bertemu dengan seseorang yang tak terduga seperti teman lawas, ibunya teman, guru, dan lainnya.

Ah, tak sabar rasanya berbelanja untuk kemudian bereksperimen di dapur, bersama (dan untuk) anak-anak plus suami.. (hikikik… Lagi ngarep!).

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Nice post..keep posting..and thank for your wedding's souvenir..

Rudi..(sial..ngiri aku, mbak bisa nulis kaya gitu..belajar dari dulu g pernah ksampean..yang ada malah nggrambyang tok..alias tekan tengah2 bingung..)heheehe...

madzydkhan mengatakan...

sebuah tulisan yang patut dipertahankan

http://madzydkhan.untukindonesia.com/